Selasa, 20 Desember 2011

Kucing Beranak Membawa Hikmah

Oleh : Farida Syamsiah
     Saya seorang ibu dari tiga orang anak,dua perempuan dan satu laki-laki. Anak pertama dan kedua perempuan,si bungsu laki-laki. Entah pengaruh jender yang berbeda atau karna si bungsu ini sangat dinantikan kehadirannya proses pendidikan dan pematangannya terasa sangat berbeda. Di banding kedua saudarinya.
    Dari sisi pertunbuhan badannya jelas tidak ada masalah,namun akhlaq dan perilakunya…masya Allah. Kebutuhannya untuk bermain dan bersosialisasi sedemikian tinggi kadang seharian tidak cukup,setelah mahgrib dan isha di mesjid kadang dia masih”menghilang”untuk bermain,belum lagi pergaulannya dengan anak-anak tetangga…bahasa sunda kasar,kata-kata tidak sopan,teriakan,bahkan kadang perilaku buruk seperti mengambil uang tanpa bilang misalnya pernah dia lakukan. Kadang saya hanya bisa merenung…cara apa yang harus saya lakukan supaya dia mengerti yang dilakukannya salah dan ayah-bunda yang sangat menyayanginya cemas memikirkan dia.pernah di tengah hujan deras dan petir yang susul menyusul saya menyusuri jalanan di sekitar rumah karena begitu hujan turun dia langsung’’ngacir’’keluar…saking paniknya saya tak sempat mencari paying,jadilah saya hujan-hujanan sambil tak henti berdo’a dan meneteskan air mata karena cemas dan marah. Pernah juag saya berjalan kaki ke sebuah mall terbesar di Bogor tanpa uang sepeserpun mencari ananda tercintaku disana karena ada yang melihatnya di mall itu. Atau kami sekeluarga panic,sesudah isha di mesjid,dia tak kunjung pulang…di cari dimana-mana tidak ada eh,ternyata anaknya malah asyik disebuah kafe internet yang letaknya agak jauh dari rumahnya. Nasehat,omelan,sepertinya tidak mempan untuk’’menyadarkan’’dia, setiap kali dia begitu akhirnya saya hanya diam dan menangis agar dia tahu bahwa bunda sangat sedih oleh ulahnya.
      Suatu hari,ada kucing entah punya siapa tang tahu-tahu datng dan numpang melahirkan di rumah. Si ibu kucing mengerang,merintih kesakitan,dan berdarah-darah untuk mengeluarkan keempat anaknya. Si bungsuku menyaksikan dengan ngeri dan dia menangis tertahan melihat penderitaan si kucing. Kemudian dia bertanya pada saya apakah saya kesakitan dan berdarah saat melahirkannya ? ketika saya iyakan dia menangis dan minta maaf karena suka’’nakal’’.
     Sejak itu,dia selalu berkata-kata dengan lembut terhadap saya…patuh dan tidak sulit lagi diberitahu,tak sulit lagi murojaah di rumah,dan senang membantu bunda di rumah ketika repot. Bahkan dia”menjaga”saya ketika saya tidak ada. Subhanallah…,terima kasih bunda kucing !









Tidak ada komentar:

Posting Komentar